Minggu, 05 September 2010

When in Lourdes

DAY 3

Tanggal 26 May 2010, sekitar jam 20.14 sampai juga saya dan rombongan di stasiun Lourdes dengan menumpang kereta 'TGV' dari Paris. Selanjutnya, dengan diiringi hujan kami menaiki bus pariwisata yang akan mengantar kami ke hotel ' Grand Hotel de La Grotte'. Tempatnya tidak jauh dari stasiun, karena tidak sampai 10 menit kami sudah sampai di hotel. Hujan masih turun, kami terburu-buru masuk ke dalam hotel.


Setelah Donny membagi-bagikan kunci kamar, kami meletakkan koper terlebih dahulu sesudah itu kami akan berkumpul kembali di ruangan makan untuk diner. Kamar yang saya tempati cukup cozy, memang tidak sebesar kamar yang di Mercure Paris tetapi bersih, nyaman dan indah, terutama karena dihiasi lukisan-lukisan pemandangan yang terpampang di dinding kamar. Sepertinya mereka menyediakan kamar ini untuk jatah dua orang karena jubah mandi, handuk, sabun, dan peralatan mandi lainnya adalah jatah untuk dua orang. Padahal saya dari awal di set up untuk sekamar sendirian. Memang tidak ada teman ngobrol di kamar, tapi sebenarnya ketika masuk kamarpun sudah dalam kondisi cape dan ngantuk, jadi percuma juga punya teman ngobrol. Lagipula dengan sekamar sendiri lebih bebas mau ngapa-ngapain.

Makan malam sudah disiapkan, kami pun menuju ruang makan di lantai bawah. Restorannya cukup besar dan nyaman, interiornya indah, perabotnya juga bagus. Gaya yang dipakai adalah gaya Victorian atau semacamnya, maksudnya Eropa kuno. Tapi memang sangat menarik. Lagi-lagi banyak terpampang lukisan di dinding restoran...hhmmm, pemiliknya mungkin pecinta lukisan. Terbukti di setiap dinding di hotel ini selalu dihiasi lukisan pemandangan. Bagi yang suka lukisan pemandangan seperti saya, jelas sangat senang melihat banyaknya lukisan, seandainya bisa saya bawa satu saja sebagai oleh-oleh hehehehehe.......


Menu makan malamnya masakan Eropa, dengan urutan makan yang umum; makanan pembuka, makanan utama dan makanan penutup. Makanan utamanya steak daging sapi dengan saus seperti 'semur daging' kalau di Indonesia. Masalahnya selama di Indonesia pun kalau makan steak saya selalu memakai sambal maka kali ini saya pun kembali mengeluarkan sambal sachet yang selalu saya bawa pada tas tenteng. "Don't leave home without sambal". Masakannya cukup enak, hanya karena porsinya lumayan banyak jadilah saya tidak habis memakan semua menunya. Duh, nggak tega rasanya membiarkan makanan tersia-sia. Kalau di Indonesia kan bisa dibungkus lho..... tapi masak iya mau saya bawa ke dalam kamar hotel, kan nggak mungkin.

Selesai makan, saya sempatkan melihat lobby hotel yang menjadi tempat tamu bersantai dan bisa memesan minuman apapun. Rencananya saya akan memesan sedikit anggur dan meminumnya sebelum tidur supaya bisa tidur nyenyak. Beberapa teman sudah meminumnya di ruang makan tadi, tapi saya sudah terlalu kenyang sehingga memutuskan untuk meminumnya setelah makan malam. Tapi tetap saja rasanya saya tidak sanggup kalau harus langsung minum lagi, benar-benar sangat kenyang, nggak sanggup dimasukkan apapun lagi. Akhirnya saya memutuskan untuk kembali ke kamar dahulu kalau sudah enakan baru nanti turun lagi dan membeli minuman.

Kembali ke kamar, room sweet room, saya membongkar koper dan travel bag. Kami akan menginap di hotel ini selama dua malam, jadi saya menyiapkan baju-baju yang akan dipakai selama dua hari ini dan sisanya saya simpan kembali supaya koper nggak bolak-balik dibuka dan diacak-acak. Begitulah sistem 'kopering' saya kalau sedang bepergian, semuanya harus 'well plan' dan teratur. Jadi kalau sampai hampir ketinggalan kereta seperti di Paris, itu benar-benar nggak bisa dimengerti. Di dinding kamar dipajang harga sewa kamar hotel de la Grotte. Pintu kamar saya buka lebar-lebar karena saya mendapatkan kamar paling ujung sendirian. Sedang enak-enak beres-beres koper tiba-tiba ada orang masuk ke dalam kamar persis di sebelah kamar saya, terkejut dan sayapun buru-buru keluar. Lalu saya melihat seorang laki-laki Perancis sedang membuka kunci kamarnya, tersenyum dan menyapa. Dari mana saya tahu dia orang Perancis? karena dia menyapa saya dengan kalimat "bonjour" dengan aksen Perancis yang kental. Rupa-rupanya orang di daerah ini rata-rata ramah, karena mereka suka sekali mengucapkan salam terhadap orang lain. Mungkin karena di kota kecil ya......beda sama di Paris.

DAY 4


Pagi hari kami sarapan di tempat yang sama, sarapan ala Eropa dengan roti Perancis. Sebagian teman sedang menyantap 'Pop Mie'nya, mungkin nggak nendang sarapan hanya dengan roti, atau memang nggak cocok seleranya. Hari ini kami akan menuju wilayah gua Maria atau La Grotte de Bernadette. Ceritanya, tempat itu  adalah di mana Bunda Maria menampakkan diri pada seorang perempuan belia bernama Bernadette. Pada masa itu Bernadette selalu sakit-sakitan, sampai suatu saat dia berdoa di suatu gua dan kemudian Bunda Maria menampakkan diri padanya. Bernadette tidak percaya pada penampakan tersebut, berkali-kali Bunda Maria muncul dihadapannya dan menyuruhnya untuk menggali di tempat tersebut. Pada akhirnya, Bernadette menggalinya juga dan muncullah mata air yang bening. Mata air tersebut ternyata bisa menyembuhkan penyakit Bernadette. Hal ini tidak serta merta membuat pihak Vatican percaya begitu saja terhadap keajaiban ini. Diperlukan waktu yang cukup lama dan penelitian sedemikan rupa sehingga muncul pengakuan dari  Vatican. Pada akhirnya, tempat ini dibangun dan dipelihara oleh pemerintah. Di dalamnya terdapat gua tempat Bunda Maria menampakkan diri terhadap Bernadette, tempat pemandian bagi orang yang menginginkan kesembuhan atau mujizat, beberapa gereja yang pelayanannya dalam berbagai bahasa, dan ada juga sungai indah yang melintas kawasan tersebut.

Dari hotel kami berjalan kaki menuju La Grotte tersebut, kira-kira memakan waktu 10-15 menit perjalanan. Di sekitarnya banyak hal yang menjadi perhatian saya. Toko-toko suvenir yang banyak bertebaran di sana-sini, cafe dan restoran yang sama banyaknya dengan toko suvenir, serta penginapan dan hotel. Wuah.....saya lapar mata....rasanya ingin mampir, lihat-lihat terus belanja deh.....bagaimana enggak tergiur, sepanjang jalan yang saya lewati sebagian besar kalo nggak toko suvenir ya restoran atau cafe.

Saya juga berkata dalam hati, saya mau nyobain satu atau dua cafe di sini, mungkin hanya minum coklat hangat atau secangkir kopi. Mata saya jelalatan memandang toko-toko tersebut. Tapi dari awal Donny sudah berpesan kalau kita nggak boleh berhenti, harus terus menuju tujuan. Jadi saya harus menahan keinginan untuk mampir, katanya nanti pulang dari La Grotte kita bisa mampir ke toko suvenir. Kami juga melintasi jembatan dan sungai yang bersih, yang pastinya tidak bisa dijumpai di Jakarta tercinta. Sepasang Grand mère dan grand père sedang jalan pagi, hhmmm boleh juga nih olah raga pagi sambil menghirup udara pagi yang segar.


Saya sibuk memandang apapun yang saya lewati, sibuk mengambil foto melalui camera, mengambil film via handycam dan satu lagi, foto via Blackberry. Saya juga senang melihat bangunan-bangunan tuanya, arsitekturnya, kontur tanahnya yang naik turun, lembah dan bukit, udaranya yang segar, lebih banyak pejalan kaki ketimbang kendaraan bermotor. Uh, J'aime cette place, I love this place.


Saya berjalan agak tertinggal di belakang bersama beberapa teman yang juga suka berfoto. Harapan saya adalah, sehabis acara di La Grotte saya harus 'browsing' daerah ini walau sempat terbersit rasa ragu apakah ada waktu. Tapi keinginan yang besar mengharuskan saya yakin bahwa sehabis ini saya harus jalan-jalan di daerah sekitarnya. Sempet mikir lagi, jalan-jalannya sendirian dunk, masalahnya ada yang mau nggak nemenin saya yang 'panjang kaki' dan tukang jalan ini......



La Grotte sudah di depan mata, di depan jalan besar yang ramai. Di jalanan sudah ramai dengan turis manca negara. Saya mendengar banyak bahasa di sekitar saya, bahasa Inggris - saya tentunya mengerti, bahasa Perancis - mengerti sedikit dong, lalu ada bahasa Eropa yang saya tidak mengerti.

Gambar di sebelah kiri ini adalah para peziarah yang akan mengunjungi La Grotte, pagi hari ini sudah berbondong-bondong orang berkunjung. Sebagian besar akan mengikuti misa di salah satu gereja di tempat ini. Saya katakan salah satu karena memang banyak terdapat gereja di dalamnya dengan bahasa yang beragam.

Misa gereja Katholik akan dimulai, saya katakan pada Donny bahwa saya bukan umat Katholik jadi saya tidak bisa mengikuti acara Misa. Akhirnya saya, Donny, Om dan tante Leo tidak mengikuti misa, kami mengambil banyak sekali foto di tempat ini. Ketika memory card camcorder om Leo habis, kami keluar dari La Grotte untuk membelinya. Kesempatan juga bagi saya untuk melihat-lihat toko suvenir di sini. Ah...bahkan sebelum siang saya sudah dapat kesempatan untuk berbelanja.


Saya melihat-lihat beberapa toko, kemudian saya memilih satu toko yang lumayan besar untuk mampir. Berbagai macam suvenir khas Lourdes banyak tersedia seperti berbagai macam Rosario, gantungan kunci, magnet kulkas, t-shirt, gelas pajangan, piring pajangan, liontin, wadah-wadah air suci Lourdes dari berbagai bentuk mulai dari botol kecil sampai dengan jerigen besar, dan banyak lagi. Pastinya saya sibuk sekali memilih berbagai macam suvenir. Mulai dari suvenir biasa sampai Rosario, oleh-oleh untuk teman saya yang beragama Khatolik. Harganya juga lebih murah dibanding di Paris. Karena pembandingnya adalah Paris, saya beranggapan harga-harga di Lourdes cukup murah. Gantungan-gantungan kunci dari kayu bisa didapat mulai dari 1,8 Euro. Untuk yang terbuat dari besi dan semacamnya dimulai dari harga 2,5 Euro. Saya juga membeli beberapa liontin perak, magnet Kulkas, gelas pajangan, botol-botol kecil dan plastik untuk tempat air suci, sampai jerigen untuk menampung air suci Lourdes tersebut. Karena belanja banyak, pedagangnya memberi saya tambahan satu buah gantungan kunci dari batu yang menurutnya batu tersebut dapat memberi ketenangan, semacam batu mengandung magnet. Donny sebagai tour leader kami juga diberinya, tampaknya madame pedagang tersebut tahu kalau Donny adalah penanggung jawab kami. Dalam transaksi ini saya mencoba mempraktekkan bahasa Perancis saya, nggak sempurna, tapi cukup bagi madame tersebut mengerti dan saya mengerti apa yang dikatakannya. Dia tampak surprise walau saya mengatakan saya tidak terlalu pintar berbahasa Perancis.

Selesai berbelanja, kami mampir ke suatu cafe di dekatnya. Masing-masing memesan minuman panas, beristirahat sejenak sambil ngobrol sebelum kami 'hunting' tempat-tempat yang indah di La Grotte.

Saya sungguh suka sekali dengan cet village, saya menyayangkan waktu kami yang hanya dua malam saja di sini. Kemarin malam kami datang praktis tidak bisa bereksplorasi kota ini. Pagi ini acaranya kelihatannya penuh sampai dengan nanti malam. Keesokan paginya kami akan berangkat menuju Nice, côte d'azur. Jadi kesimpulannya, hari ini saya harus puas-puasin di kota kecil ini.

Setelah selesai ngobrol di cafe, kami kembali ke La Grotte. Di sini saya banyak sekali mengambil moment yang indah; bangunan-bangunan dengan arsitek yang indah, pemandangan alamnya juga indah, wilayahnya yang luas dan bersih dengan udara yang segar.


Gambar sungai ini diambil dari tempat yang tinggi, saya naik ke atasnya karena di tempat ini ada gereja dengan arsitektur yang indah.



Orang-orang di gambar ini berkumpul di depan goa di mana Bunda Maria menampakkan diri pada Bernadette. Mereka antri untuk melihat goa tersebut. Di dalam goa tersebut bebatuannya licin, tidak kasar sebagaimana bebatuan biasa. Di dalamnya juga terdapat mata air penyembuh yang ditutup oleh kaca. Sayangnya di dalam gua ini tidak diperkenankan mengambil foto.


Gambar sebelah kiri ini adalah gambar gua yang seperti saya ceritakan sebelumnya. Gua yang tampak kasar tersebut bagian dalam hingga sisi pinggir luarnya memiliki permukaan yang licin jika dipegang, mungkin akibat aliran air yang terus menerus di sela-sela gua tersebut.
Gambar di sebelah kanan ini adalah gambar salah satu gereja. Arsitekturnya sangat cantik. Sisi kanan dan kiri yang melengkung itu adalah tangga menuju ke atas. Saya sempat naik ke atasnya dan berfoto-foto di atas. Foto sungai sebelumnya adalah hasil jepretan saya ketika berada di atas.

Foto di sebelah kiri adalah foto ketika saya berada di atas gereja.



Foto di sebelah kanan adalah ketika saya beristirahat sejenak sebelum makan siang. Kami akan makan siang di luar kompleks La Grotte ini, suatu restoran yang terletak di sebuah Hotel di Lourdes. Kami akan kesana dengan berjalan kaki, karena lokasinya memang tidak jauh dari tempat ini. Sambil menunggu yang lain berkumpul, saya menyempatkan diri duduk sejenak. Yang lucu adalah ketika teman saya duduk di bangku-bangku panjang yang terbuat dari besi, di bangku tersebut ada sedikit pengumuman, tapi karena dalam bahasa Perancis jadi mereka tidak mengerti. Saya tertarik ingin mengetahui apa yang tertulis pada bangku tersebut, dan... ahahaha ternyata bangku tersebut diperuntukkan bagi orang-orang yang sakit alias 'les maladies'. Jadi saya informasikan kepada mereka kalau mereka tidak mau dianggap sakit jangan duduk di tempat tersebut. Memang banyak sekali orang-orang yang sakit, terutama mereka yang sakit parah datang ke tempat ini berharap belas kasihan Tuhan untuk memberikan keajaiban bagi mereka sembuh.


Jalan menuju restoran tempat kami makan siang dalam posisi yang terus menanjak. Hotelnya sendiri posisinya agak di atas. Lalu kami masih harus menaiki tangga untuk menuju ke dalam restoran tersebut. Saya pikir orang-orang di daerah ini pasti sehat-sehat, karena kontur tanah yang naik turun bisa membuat mereka berolah raga sambil menghirup udara yang relatif bersih karena jarangnya kendaraan di tempat ini.



Saya, lagi berpose di sebelah restoran tempat kami makan siang. Sementara beberapa teman membeli suvenir, saya 'hunting' sana sini dulu dengan camera dan handycam. Setelah ini kami akan kembali ke La Grotte. Prosesi selanjutnya adalah acara pemandian di kolam yang airnya mengalir dari mata air suci La Grotte. Umumnya mereka yang mengikuti pemandian adalah yang sakit atau yang memiliki harapan-harapan tertentu. Saya sendiri ingin mencoba prosesi tersebut, sudah jauh-jauh sampai di tempat ini, bergulat dengan beberapa rintangan yang akhirnya bisa saya lewati, sayang kalau tidak mencoba setiap moment yang menarik.


Gambar di atas adalah tempat pemandian seperti yang saya telah jelaskan. Di dalamnya terdiri dari kamar-kamar, masing-masing kamar terdapat satu buah kolam. Deretan kolam untuk pria berbeda dengan perempuan. Kami mengantri untuk masuk kedalamnya. Jika sudah hampir sampai gilirannya, kami akan masuk ke dalam kamar tersebut, lalu duduk di depan tirai tertutup sampai giliran kami masuk ke balik tirai tersebut. Jika sudah masuk ke dalam tirai tersebut kami harus mengganti pakaian kita dengan jubah mandi dan kita menunggu giliran untuk dicelup ke dalam kolam. Ada dua orang yang akan membantu kita untuk dicelup. Mereka akan memegang kita dan membantu mencelup tubuh kita sampai dengan leher. Sebelumnya kita berdoa dahulu dalam hati. Sewaktu kaki saya menjejak ke dalam kolam tersebut, airnya terasa dingin sekali. Lourdes memang kota yang relatif lebih dingin, kalau di Jakarta seperti kalau kita di Puncak deh. Saya pikir kalau saya sampai dicelup pasti badan akan menggigil, tapi saya sudah tidak mungkin mundur lagi. Jadi akhirnya saya tetap dicelupkan ke kolam. Yang lucunya, ketika saya muncul kembali ke permukaan mereka tidak memberi saya handuk, tetapi saya cukup melepas jubah saya dan langsung mengganti pakaian. Air yang di badan semuanya langsung hilang begitu saya keluar kolam. Fenomena yang aneh bukan? saya tidak tahu penjelasan ilmiahnya seperti apa atau memang ini keajaiban. Tapi sebelumnya Donny sudah menginformasikan bahwa jika kita ikut proses pemandian di kolam ini, ketika kita keluar dari kolam maka tubuh kita tidak akan basah. Semua air di badan akan luruh seketika begitu kita keluar kolam.

Setelah semua teman selesai prosesi pemandian kami pun berangkat ke tempat di mana Bernadette dilahirkan. Kami kesana berjalan kaki, karena selain tempatnya tidak terlalu jauh, kontur jalannya juga naik turun. Dengan jumlah rombongan seperti kami lebih baik berjalan kaki ketimbang harus naik bus pariwisata, karena jalan-jalannya sempit. 



Di tempat ini kami melihat rumah ketika Bernadette dilahirkan. Bernadette lahir dan dibesarkan dengan kondisi fisik yang selalu sakit-sakitan. Ia memiliki kamar dengan jendela yang ke arah depan. Saya lihat satu-satunya kamar yang terlihat nyaman adalah kamarnya, ini dikarenakan penyakitnya sehingga perlu udara segar selalu.

Hari sudah cukup sore ketika kami mengakhiri kunjungan sore itu dari rumah Bernadette. Sore ini acara bebas, nanti jam 9 malam kami akan kembali ke La Grotte. Akan ada prosesi acara penyalaan lilin dan kebaktian umat Katholik. Saya sendiri rencananya akan kembali ke tempat ini untuk mengambil air Lourdes, saya sudah membeli jerigen dan membawa botol air mineral kosong. Saya, tante Enny dan kakaknya, kami bertiga akan 'hunting' toko-toko suvenir. Saya, walaupun tadi siangnya sudah berbelanja tapi saya tetap bersemangat untuk menemani mereka shopping di toko-toko sekitar. Pada akhirnya tidak tepat kata-kata menemani, karena saya toh tetap belanja banyak. Terlebih lagi karena saya juga harus membeli beberapa titipan dari teman.

Kami mengunjungi beberapa toko suvenir yang besar di sekitar hotel tempat kami menginap. Kami, tiga orang perempuan, yang sedikit agak kalap (?) melihat berbagai macam suvenir dan benda-benda lucu yang bisa kami beli. Saya menambah koleksi suvenir,  membeli sepasang anting permata, membeli Rosario berwarna ungu titipan dari teman sekantor yang menyukai warna ungu, membeli beberapa t-shirt bertulisan 'Lourdes' dan juga tas wanita bersulam 'Lourdes'.


Kebanyakan toko suvenir di Lourdes, pemilik atau pedagangnya mampu berbicara beberapa bahasa. Selain berbahasa Perancis, mereka umumnya bisa berbahasa Inggris dan Italy. Bahkan ada beberapa tempat yang juga bisa berbahasa Eropa yang lain, seperti Belanda dan Spanyol. Walaupun rata-rata pedagang di sini bisa berbahasa Inggris, tapi saya tidak mau memakai bahasa itu. Saya datang ke Perancis untuk mempraktekkan bahasa Perancis yang sudah saya pelajari di Jakarta. Walaupun prakteknya yang keluar dari mulut saya adalah kalimat-kalimat sederhana, tapi paling tidak saya sudah mencobanya langsung di depan orang Perancis dan lingkungannya. Walaupun saya tidak pandai, tapi umumnya mereka sangat menghargai. Ada satu toko yang pedagangnya 'monsieur' yang tidak bisa berbahasa Inggris (tetapi anaknya yang perempuan bisa), jadilah saya makin terpatah-patah berbahasa Perancis dengannya. Karena dia pikir saya bisa berbahasa Perancis, maka dia berbahasa Perancis dengan cepat pada saya. Saya sempat bengong sejenak sambil berusaha mencerna apa yang dimaksud...hahahaha....


Tante Enny dan 'mbakyu'nya terkadang meminta saya untuk menawar dalam bahasa Perancis. Kadang juga meminta saya untuk mengatakan dalam kalimat yang panjang-panjang yang membuat saya terlebih dahulu berpikir 'gimana ya cara ngomongnya' hahahaha....begini ini, belajar bahasa Perancis sebenarnya sudah sampai di level 2B, tetapi begitu mau ngomong agak rumit dikit langsung bingung. Memang pepatah 'practise make me better' itu benar sekali. Jarang 'practise' ya begini jadinya, kebanyakan mikir doank......


Baru dua kota tapi kok belanjaan sudah nambah banyak, padahal masih ada  Nice, Cannes, Monte Carlo, Milan dan Venice atau Venezia. Koper cuma satu walaupun yang jumbo, plus satu travel bag, cukup nggak ya....aih repotnya....

Setelah kira-kira 'cukup' berbelanja, kami mencari tempat untuk bersantap malam. Waktu itu kira-kira jam 6an sore hampir setengah 7. Rencananya kami akan makan di restoran Asia, tadi sebelumnya ketika kami pulang dari rumah Bernadette kami sempat melewati restoran Vietnam, Thailand dan Chinesse. Kami akan kembali ke jalan tempat restoran itu berada, agak sedikit repot karena kami mesti mengingat-ingat letaknya. Jalan-jalan di daerah ini umumnya kecil dan bangunannya rapat-rapat.


Akhirnya kami makan malam di restoran Asia yang tadi kami sempat lewati. Pemiliknya ternyata juga orang Asia, saya tidak tahu dia berkebangsaan apa. Kami duduk di tengah ruangan dan melihat-lihat menu yang ada. Menu ditulis dalam bahasa Inggris dan Perancis, ah lumayan jadi harusnya nggak akan salah pilih makanan. Saya pilih mie goreng yang totally berbeda dengan mie goreng yang ada di Indonesia. Saya nggak tahu itu ala negara Asia mana, tapi yang penting enak dimakan hehehehe. Minumnya satu botol air mineral Evian seharga kurang lebih 3-4 Euro utk botol besar. Pemilik restoran sekaligus juga yang melayani kami, tidak dapat berbahasa Inggris, hanya Perancis. Parfait! mau nggak mau, suka nggak suka saya harus order dalam bahasa Perancis dunk. Sekalian mesenin untuk empat orang teman yang makan bersama saya. Sempat salah mesen minuman, satu botol Evian nggak dingin (wong udaranya udah dingin koq) tapi malah dikasih Evian dingin. Wah, mesti manggil pelayannya lagi dunk sambil jelasin maunya saya. Sempet agak blank mau ngomong apa, tapi dia ngerti juga lho sambil mengoreksi kalimat saya....hahahaha....belajar bahasa Perancis di restoran Asia.

Kembali ke hotel, karena jam 9 malam akan ada acara kembali di La Grotte. Umat Khatolik akan menghadiri acara penyalaan lilin. Biasanya mereka akan membawa lilin-lilin kesana, dinyalakan, dan diletakkan pada tempat-tempat yang tersedia. Satu lilin mewakili satu orang entah teman, saudara atau siapapun yang hendak mereka doakan dan minta kepada Tuhan. Lilin bisa dibeli di toko-toko suvenir atau di area La Grotte tersebut. Tidak ada orang yang menjaga dagangan lilin tersebut. Masing-masing dapat mengambil lilin tersebut dengan harga yang tertera, kemudian menaruh uang tersebut pada kotak yang tersedia. Diperlukan kejujuran dalam hal ini. Tapi logikanya, lilin itu kan untuk doa kepada Tuhan, masak iya masih ada yang mau 'nyolong' lilin juga. Doanya bisa-bisa nggak nyampe, malah dosa karena 'nyolong' hehehehe.

Kali ini saya pun tidak mengikuti prosesi acara lilin ini. Saya ikut datang ke sini dikarenakan keingintahuan saya mengenai acara ini, ingin mendokumentasikan dalam gambar, dan juga mau mengambil air suci Lourdes-pesanan teman-teman di Indonesia. Jadilah saya berpisah dari teman-teman saya yang masuk ke dalam barisan untuk mengikuti prosesi lilin dan arak-arakan patung Bunda Maria. Kebetulan Donny tidak mengikuti prosesi tersebut, dia hanya hendak menyalakan lilin dengan titipan doa dari teman dan saudaranya. Jadi saya sekalian bisa mengambil foto-foto lilin dan arak-arakan.