Minggu, 05 September 2010

When in Lourdes

DAY 3

Tanggal 26 May 2010, sekitar jam 20.14 sampai juga saya dan rombongan di stasiun Lourdes dengan menumpang kereta 'TGV' dari Paris. Selanjutnya, dengan diiringi hujan kami menaiki bus pariwisata yang akan mengantar kami ke hotel ' Grand Hotel de La Grotte'. Tempatnya tidak jauh dari stasiun, karena tidak sampai 10 menit kami sudah sampai di hotel. Hujan masih turun, kami terburu-buru masuk ke dalam hotel.


Setelah Donny membagi-bagikan kunci kamar, kami meletakkan koper terlebih dahulu sesudah itu kami akan berkumpul kembali di ruangan makan untuk diner. Kamar yang saya tempati cukup cozy, memang tidak sebesar kamar yang di Mercure Paris tetapi bersih, nyaman dan indah, terutama karena dihiasi lukisan-lukisan pemandangan yang terpampang di dinding kamar. Sepertinya mereka menyediakan kamar ini untuk jatah dua orang karena jubah mandi, handuk, sabun, dan peralatan mandi lainnya adalah jatah untuk dua orang. Padahal saya dari awal di set up untuk sekamar sendirian. Memang tidak ada teman ngobrol di kamar, tapi sebenarnya ketika masuk kamarpun sudah dalam kondisi cape dan ngantuk, jadi percuma juga punya teman ngobrol. Lagipula dengan sekamar sendiri lebih bebas mau ngapa-ngapain.

Makan malam sudah disiapkan, kami pun menuju ruang makan di lantai bawah. Restorannya cukup besar dan nyaman, interiornya indah, perabotnya juga bagus. Gaya yang dipakai adalah gaya Victorian atau semacamnya, maksudnya Eropa kuno. Tapi memang sangat menarik. Lagi-lagi banyak terpampang lukisan di dinding restoran...hhmmm, pemiliknya mungkin pecinta lukisan. Terbukti di setiap dinding di hotel ini selalu dihiasi lukisan pemandangan. Bagi yang suka lukisan pemandangan seperti saya, jelas sangat senang melihat banyaknya lukisan, seandainya bisa saya bawa satu saja sebagai oleh-oleh hehehehehe.......


Menu makan malamnya masakan Eropa, dengan urutan makan yang umum; makanan pembuka, makanan utama dan makanan penutup. Makanan utamanya steak daging sapi dengan saus seperti 'semur daging' kalau di Indonesia. Masalahnya selama di Indonesia pun kalau makan steak saya selalu memakai sambal maka kali ini saya pun kembali mengeluarkan sambal sachet yang selalu saya bawa pada tas tenteng. "Don't leave home without sambal". Masakannya cukup enak, hanya karena porsinya lumayan banyak jadilah saya tidak habis memakan semua menunya. Duh, nggak tega rasanya membiarkan makanan tersia-sia. Kalau di Indonesia kan bisa dibungkus lho..... tapi masak iya mau saya bawa ke dalam kamar hotel, kan nggak mungkin.

Selesai makan, saya sempatkan melihat lobby hotel yang menjadi tempat tamu bersantai dan bisa memesan minuman apapun. Rencananya saya akan memesan sedikit anggur dan meminumnya sebelum tidur supaya bisa tidur nyenyak. Beberapa teman sudah meminumnya di ruang makan tadi, tapi saya sudah terlalu kenyang sehingga memutuskan untuk meminumnya setelah makan malam. Tapi tetap saja rasanya saya tidak sanggup kalau harus langsung minum lagi, benar-benar sangat kenyang, nggak sanggup dimasukkan apapun lagi. Akhirnya saya memutuskan untuk kembali ke kamar dahulu kalau sudah enakan baru nanti turun lagi dan membeli minuman.

Kembali ke kamar, room sweet room, saya membongkar koper dan travel bag. Kami akan menginap di hotel ini selama dua malam, jadi saya menyiapkan baju-baju yang akan dipakai selama dua hari ini dan sisanya saya simpan kembali supaya koper nggak bolak-balik dibuka dan diacak-acak. Begitulah sistem 'kopering' saya kalau sedang bepergian, semuanya harus 'well plan' dan teratur. Jadi kalau sampai hampir ketinggalan kereta seperti di Paris, itu benar-benar nggak bisa dimengerti. Di dinding kamar dipajang harga sewa kamar hotel de la Grotte. Pintu kamar saya buka lebar-lebar karena saya mendapatkan kamar paling ujung sendirian. Sedang enak-enak beres-beres koper tiba-tiba ada orang masuk ke dalam kamar persis di sebelah kamar saya, terkejut dan sayapun buru-buru keluar. Lalu saya melihat seorang laki-laki Perancis sedang membuka kunci kamarnya, tersenyum dan menyapa. Dari mana saya tahu dia orang Perancis? karena dia menyapa saya dengan kalimat "bonjour" dengan aksen Perancis yang kental. Rupa-rupanya orang di daerah ini rata-rata ramah, karena mereka suka sekali mengucapkan salam terhadap orang lain. Mungkin karena di kota kecil ya......beda sama di Paris.

DAY 4


Pagi hari kami sarapan di tempat yang sama, sarapan ala Eropa dengan roti Perancis. Sebagian teman sedang menyantap 'Pop Mie'nya, mungkin nggak nendang sarapan hanya dengan roti, atau memang nggak cocok seleranya. Hari ini kami akan menuju wilayah gua Maria atau La Grotte de Bernadette. Ceritanya, tempat itu  adalah di mana Bunda Maria menampakkan diri pada seorang perempuan belia bernama Bernadette. Pada masa itu Bernadette selalu sakit-sakitan, sampai suatu saat dia berdoa di suatu gua dan kemudian Bunda Maria menampakkan diri padanya. Bernadette tidak percaya pada penampakan tersebut, berkali-kali Bunda Maria muncul dihadapannya dan menyuruhnya untuk menggali di tempat tersebut. Pada akhirnya, Bernadette menggalinya juga dan muncullah mata air yang bening. Mata air tersebut ternyata bisa menyembuhkan penyakit Bernadette. Hal ini tidak serta merta membuat pihak Vatican percaya begitu saja terhadap keajaiban ini. Diperlukan waktu yang cukup lama dan penelitian sedemikan rupa sehingga muncul pengakuan dari  Vatican. Pada akhirnya, tempat ini dibangun dan dipelihara oleh pemerintah. Di dalamnya terdapat gua tempat Bunda Maria menampakkan diri terhadap Bernadette, tempat pemandian bagi orang yang menginginkan kesembuhan atau mujizat, beberapa gereja yang pelayanannya dalam berbagai bahasa, dan ada juga sungai indah yang melintas kawasan tersebut.

Dari hotel kami berjalan kaki menuju La Grotte tersebut, kira-kira memakan waktu 10-15 menit perjalanan. Di sekitarnya banyak hal yang menjadi perhatian saya. Toko-toko suvenir yang banyak bertebaran di sana-sini, cafe dan restoran yang sama banyaknya dengan toko suvenir, serta penginapan dan hotel. Wuah.....saya lapar mata....rasanya ingin mampir, lihat-lihat terus belanja deh.....bagaimana enggak tergiur, sepanjang jalan yang saya lewati sebagian besar kalo nggak toko suvenir ya restoran atau cafe.

Saya juga berkata dalam hati, saya mau nyobain satu atau dua cafe di sini, mungkin hanya minum coklat hangat atau secangkir kopi. Mata saya jelalatan memandang toko-toko tersebut. Tapi dari awal Donny sudah berpesan kalau kita nggak boleh berhenti, harus terus menuju tujuan. Jadi saya harus menahan keinginan untuk mampir, katanya nanti pulang dari La Grotte kita bisa mampir ke toko suvenir. Kami juga melintasi jembatan dan sungai yang bersih, yang pastinya tidak bisa dijumpai di Jakarta tercinta. Sepasang Grand mère dan grand père sedang jalan pagi, hhmmm boleh juga nih olah raga pagi sambil menghirup udara pagi yang segar.


Saya sibuk memandang apapun yang saya lewati, sibuk mengambil foto melalui camera, mengambil film via handycam dan satu lagi, foto via Blackberry. Saya juga senang melihat bangunan-bangunan tuanya, arsitekturnya, kontur tanahnya yang naik turun, lembah dan bukit, udaranya yang segar, lebih banyak pejalan kaki ketimbang kendaraan bermotor. Uh, J'aime cette place, I love this place.


Saya berjalan agak tertinggal di belakang bersama beberapa teman yang juga suka berfoto. Harapan saya adalah, sehabis acara di La Grotte saya harus 'browsing' daerah ini walau sempat terbersit rasa ragu apakah ada waktu. Tapi keinginan yang besar mengharuskan saya yakin bahwa sehabis ini saya harus jalan-jalan di daerah sekitarnya. Sempet mikir lagi, jalan-jalannya sendirian dunk, masalahnya ada yang mau nggak nemenin saya yang 'panjang kaki' dan tukang jalan ini......



La Grotte sudah di depan mata, di depan jalan besar yang ramai. Di jalanan sudah ramai dengan turis manca negara. Saya mendengar banyak bahasa di sekitar saya, bahasa Inggris - saya tentunya mengerti, bahasa Perancis - mengerti sedikit dong, lalu ada bahasa Eropa yang saya tidak mengerti.

Gambar di sebelah kiri ini adalah para peziarah yang akan mengunjungi La Grotte, pagi hari ini sudah berbondong-bondong orang berkunjung. Sebagian besar akan mengikuti misa di salah satu gereja di tempat ini. Saya katakan salah satu karena memang banyak terdapat gereja di dalamnya dengan bahasa yang beragam.

Misa gereja Katholik akan dimulai, saya katakan pada Donny bahwa saya bukan umat Katholik jadi saya tidak bisa mengikuti acara Misa. Akhirnya saya, Donny, Om dan tante Leo tidak mengikuti misa, kami mengambil banyak sekali foto di tempat ini. Ketika memory card camcorder om Leo habis, kami keluar dari La Grotte untuk membelinya. Kesempatan juga bagi saya untuk melihat-lihat toko suvenir di sini. Ah...bahkan sebelum siang saya sudah dapat kesempatan untuk berbelanja.


Saya melihat-lihat beberapa toko, kemudian saya memilih satu toko yang lumayan besar untuk mampir. Berbagai macam suvenir khas Lourdes banyak tersedia seperti berbagai macam Rosario, gantungan kunci, magnet kulkas, t-shirt, gelas pajangan, piring pajangan, liontin, wadah-wadah air suci Lourdes dari berbagai bentuk mulai dari botol kecil sampai dengan jerigen besar, dan banyak lagi. Pastinya saya sibuk sekali memilih berbagai macam suvenir. Mulai dari suvenir biasa sampai Rosario, oleh-oleh untuk teman saya yang beragama Khatolik. Harganya juga lebih murah dibanding di Paris. Karena pembandingnya adalah Paris, saya beranggapan harga-harga di Lourdes cukup murah. Gantungan-gantungan kunci dari kayu bisa didapat mulai dari 1,8 Euro. Untuk yang terbuat dari besi dan semacamnya dimulai dari harga 2,5 Euro. Saya juga membeli beberapa liontin perak, magnet Kulkas, gelas pajangan, botol-botol kecil dan plastik untuk tempat air suci, sampai jerigen untuk menampung air suci Lourdes tersebut. Karena belanja banyak, pedagangnya memberi saya tambahan satu buah gantungan kunci dari batu yang menurutnya batu tersebut dapat memberi ketenangan, semacam batu mengandung magnet. Donny sebagai tour leader kami juga diberinya, tampaknya madame pedagang tersebut tahu kalau Donny adalah penanggung jawab kami. Dalam transaksi ini saya mencoba mempraktekkan bahasa Perancis saya, nggak sempurna, tapi cukup bagi madame tersebut mengerti dan saya mengerti apa yang dikatakannya. Dia tampak surprise walau saya mengatakan saya tidak terlalu pintar berbahasa Perancis.

Selesai berbelanja, kami mampir ke suatu cafe di dekatnya. Masing-masing memesan minuman panas, beristirahat sejenak sambil ngobrol sebelum kami 'hunting' tempat-tempat yang indah di La Grotte.

Saya sungguh suka sekali dengan cet village, saya menyayangkan waktu kami yang hanya dua malam saja di sini. Kemarin malam kami datang praktis tidak bisa bereksplorasi kota ini. Pagi ini acaranya kelihatannya penuh sampai dengan nanti malam. Keesokan paginya kami akan berangkat menuju Nice, côte d'azur. Jadi kesimpulannya, hari ini saya harus puas-puasin di kota kecil ini.

Setelah selesai ngobrol di cafe, kami kembali ke La Grotte. Di sini saya banyak sekali mengambil moment yang indah; bangunan-bangunan dengan arsitek yang indah, pemandangan alamnya juga indah, wilayahnya yang luas dan bersih dengan udara yang segar.


Gambar sungai ini diambil dari tempat yang tinggi, saya naik ke atasnya karena di tempat ini ada gereja dengan arsitektur yang indah.



Orang-orang di gambar ini berkumpul di depan goa di mana Bunda Maria menampakkan diri pada Bernadette. Mereka antri untuk melihat goa tersebut. Di dalam goa tersebut bebatuannya licin, tidak kasar sebagaimana bebatuan biasa. Di dalamnya juga terdapat mata air penyembuh yang ditutup oleh kaca. Sayangnya di dalam gua ini tidak diperkenankan mengambil foto.


Gambar sebelah kiri ini adalah gambar gua yang seperti saya ceritakan sebelumnya. Gua yang tampak kasar tersebut bagian dalam hingga sisi pinggir luarnya memiliki permukaan yang licin jika dipegang, mungkin akibat aliran air yang terus menerus di sela-sela gua tersebut.
Gambar di sebelah kanan ini adalah gambar salah satu gereja. Arsitekturnya sangat cantik. Sisi kanan dan kiri yang melengkung itu adalah tangga menuju ke atas. Saya sempat naik ke atasnya dan berfoto-foto di atas. Foto sungai sebelumnya adalah hasil jepretan saya ketika berada di atas.

Foto di sebelah kiri adalah foto ketika saya berada di atas gereja.



Foto di sebelah kanan adalah ketika saya beristirahat sejenak sebelum makan siang. Kami akan makan siang di luar kompleks La Grotte ini, suatu restoran yang terletak di sebuah Hotel di Lourdes. Kami akan kesana dengan berjalan kaki, karena lokasinya memang tidak jauh dari tempat ini. Sambil menunggu yang lain berkumpul, saya menyempatkan diri duduk sejenak. Yang lucu adalah ketika teman saya duduk di bangku-bangku panjang yang terbuat dari besi, di bangku tersebut ada sedikit pengumuman, tapi karena dalam bahasa Perancis jadi mereka tidak mengerti. Saya tertarik ingin mengetahui apa yang tertulis pada bangku tersebut, dan... ahahaha ternyata bangku tersebut diperuntukkan bagi orang-orang yang sakit alias 'les maladies'. Jadi saya informasikan kepada mereka kalau mereka tidak mau dianggap sakit jangan duduk di tempat tersebut. Memang banyak sekali orang-orang yang sakit, terutama mereka yang sakit parah datang ke tempat ini berharap belas kasihan Tuhan untuk memberikan keajaiban bagi mereka sembuh.


Jalan menuju restoran tempat kami makan siang dalam posisi yang terus menanjak. Hotelnya sendiri posisinya agak di atas. Lalu kami masih harus menaiki tangga untuk menuju ke dalam restoran tersebut. Saya pikir orang-orang di daerah ini pasti sehat-sehat, karena kontur tanah yang naik turun bisa membuat mereka berolah raga sambil menghirup udara yang relatif bersih karena jarangnya kendaraan di tempat ini.



Saya, lagi berpose di sebelah restoran tempat kami makan siang. Sementara beberapa teman membeli suvenir, saya 'hunting' sana sini dulu dengan camera dan handycam. Setelah ini kami akan kembali ke La Grotte. Prosesi selanjutnya adalah acara pemandian di kolam yang airnya mengalir dari mata air suci La Grotte. Umumnya mereka yang mengikuti pemandian adalah yang sakit atau yang memiliki harapan-harapan tertentu. Saya sendiri ingin mencoba prosesi tersebut, sudah jauh-jauh sampai di tempat ini, bergulat dengan beberapa rintangan yang akhirnya bisa saya lewati, sayang kalau tidak mencoba setiap moment yang menarik.


Gambar di atas adalah tempat pemandian seperti yang saya telah jelaskan. Di dalamnya terdiri dari kamar-kamar, masing-masing kamar terdapat satu buah kolam. Deretan kolam untuk pria berbeda dengan perempuan. Kami mengantri untuk masuk kedalamnya. Jika sudah hampir sampai gilirannya, kami akan masuk ke dalam kamar tersebut, lalu duduk di depan tirai tertutup sampai giliran kami masuk ke balik tirai tersebut. Jika sudah masuk ke dalam tirai tersebut kami harus mengganti pakaian kita dengan jubah mandi dan kita menunggu giliran untuk dicelup ke dalam kolam. Ada dua orang yang akan membantu kita untuk dicelup. Mereka akan memegang kita dan membantu mencelup tubuh kita sampai dengan leher. Sebelumnya kita berdoa dahulu dalam hati. Sewaktu kaki saya menjejak ke dalam kolam tersebut, airnya terasa dingin sekali. Lourdes memang kota yang relatif lebih dingin, kalau di Jakarta seperti kalau kita di Puncak deh. Saya pikir kalau saya sampai dicelup pasti badan akan menggigil, tapi saya sudah tidak mungkin mundur lagi. Jadi akhirnya saya tetap dicelupkan ke kolam. Yang lucunya, ketika saya muncul kembali ke permukaan mereka tidak memberi saya handuk, tetapi saya cukup melepas jubah saya dan langsung mengganti pakaian. Air yang di badan semuanya langsung hilang begitu saya keluar kolam. Fenomena yang aneh bukan? saya tidak tahu penjelasan ilmiahnya seperti apa atau memang ini keajaiban. Tapi sebelumnya Donny sudah menginformasikan bahwa jika kita ikut proses pemandian di kolam ini, ketika kita keluar dari kolam maka tubuh kita tidak akan basah. Semua air di badan akan luruh seketika begitu kita keluar kolam.

Setelah semua teman selesai prosesi pemandian kami pun berangkat ke tempat di mana Bernadette dilahirkan. Kami kesana berjalan kaki, karena selain tempatnya tidak terlalu jauh, kontur jalannya juga naik turun. Dengan jumlah rombongan seperti kami lebih baik berjalan kaki ketimbang harus naik bus pariwisata, karena jalan-jalannya sempit. 



Di tempat ini kami melihat rumah ketika Bernadette dilahirkan. Bernadette lahir dan dibesarkan dengan kondisi fisik yang selalu sakit-sakitan. Ia memiliki kamar dengan jendela yang ke arah depan. Saya lihat satu-satunya kamar yang terlihat nyaman adalah kamarnya, ini dikarenakan penyakitnya sehingga perlu udara segar selalu.

Hari sudah cukup sore ketika kami mengakhiri kunjungan sore itu dari rumah Bernadette. Sore ini acara bebas, nanti jam 9 malam kami akan kembali ke La Grotte. Akan ada prosesi acara penyalaan lilin dan kebaktian umat Katholik. Saya sendiri rencananya akan kembali ke tempat ini untuk mengambil air Lourdes, saya sudah membeli jerigen dan membawa botol air mineral kosong. Saya, tante Enny dan kakaknya, kami bertiga akan 'hunting' toko-toko suvenir. Saya, walaupun tadi siangnya sudah berbelanja tapi saya tetap bersemangat untuk menemani mereka shopping di toko-toko sekitar. Pada akhirnya tidak tepat kata-kata menemani, karena saya toh tetap belanja banyak. Terlebih lagi karena saya juga harus membeli beberapa titipan dari teman.

Kami mengunjungi beberapa toko suvenir yang besar di sekitar hotel tempat kami menginap. Kami, tiga orang perempuan, yang sedikit agak kalap (?) melihat berbagai macam suvenir dan benda-benda lucu yang bisa kami beli. Saya menambah koleksi suvenir,  membeli sepasang anting permata, membeli Rosario berwarna ungu titipan dari teman sekantor yang menyukai warna ungu, membeli beberapa t-shirt bertulisan 'Lourdes' dan juga tas wanita bersulam 'Lourdes'.


Kebanyakan toko suvenir di Lourdes, pemilik atau pedagangnya mampu berbicara beberapa bahasa. Selain berbahasa Perancis, mereka umumnya bisa berbahasa Inggris dan Italy. Bahkan ada beberapa tempat yang juga bisa berbahasa Eropa yang lain, seperti Belanda dan Spanyol. Walaupun rata-rata pedagang di sini bisa berbahasa Inggris, tapi saya tidak mau memakai bahasa itu. Saya datang ke Perancis untuk mempraktekkan bahasa Perancis yang sudah saya pelajari di Jakarta. Walaupun prakteknya yang keluar dari mulut saya adalah kalimat-kalimat sederhana, tapi paling tidak saya sudah mencobanya langsung di depan orang Perancis dan lingkungannya. Walaupun saya tidak pandai, tapi umumnya mereka sangat menghargai. Ada satu toko yang pedagangnya 'monsieur' yang tidak bisa berbahasa Inggris (tetapi anaknya yang perempuan bisa), jadilah saya makin terpatah-patah berbahasa Perancis dengannya. Karena dia pikir saya bisa berbahasa Perancis, maka dia berbahasa Perancis dengan cepat pada saya. Saya sempat bengong sejenak sambil berusaha mencerna apa yang dimaksud...hahahaha....


Tante Enny dan 'mbakyu'nya terkadang meminta saya untuk menawar dalam bahasa Perancis. Kadang juga meminta saya untuk mengatakan dalam kalimat yang panjang-panjang yang membuat saya terlebih dahulu berpikir 'gimana ya cara ngomongnya' hahahaha....begini ini, belajar bahasa Perancis sebenarnya sudah sampai di level 2B, tetapi begitu mau ngomong agak rumit dikit langsung bingung. Memang pepatah 'practise make me better' itu benar sekali. Jarang 'practise' ya begini jadinya, kebanyakan mikir doank......


Baru dua kota tapi kok belanjaan sudah nambah banyak, padahal masih ada  Nice, Cannes, Monte Carlo, Milan dan Venice atau Venezia. Koper cuma satu walaupun yang jumbo, plus satu travel bag, cukup nggak ya....aih repotnya....

Setelah kira-kira 'cukup' berbelanja, kami mencari tempat untuk bersantap malam. Waktu itu kira-kira jam 6an sore hampir setengah 7. Rencananya kami akan makan di restoran Asia, tadi sebelumnya ketika kami pulang dari rumah Bernadette kami sempat melewati restoran Vietnam, Thailand dan Chinesse. Kami akan kembali ke jalan tempat restoran itu berada, agak sedikit repot karena kami mesti mengingat-ingat letaknya. Jalan-jalan di daerah ini umumnya kecil dan bangunannya rapat-rapat.


Akhirnya kami makan malam di restoran Asia yang tadi kami sempat lewati. Pemiliknya ternyata juga orang Asia, saya tidak tahu dia berkebangsaan apa. Kami duduk di tengah ruangan dan melihat-lihat menu yang ada. Menu ditulis dalam bahasa Inggris dan Perancis, ah lumayan jadi harusnya nggak akan salah pilih makanan. Saya pilih mie goreng yang totally berbeda dengan mie goreng yang ada di Indonesia. Saya nggak tahu itu ala negara Asia mana, tapi yang penting enak dimakan hehehehe. Minumnya satu botol air mineral Evian seharga kurang lebih 3-4 Euro utk botol besar. Pemilik restoran sekaligus juga yang melayani kami, tidak dapat berbahasa Inggris, hanya Perancis. Parfait! mau nggak mau, suka nggak suka saya harus order dalam bahasa Perancis dunk. Sekalian mesenin untuk empat orang teman yang makan bersama saya. Sempat salah mesen minuman, satu botol Evian nggak dingin (wong udaranya udah dingin koq) tapi malah dikasih Evian dingin. Wah, mesti manggil pelayannya lagi dunk sambil jelasin maunya saya. Sempet agak blank mau ngomong apa, tapi dia ngerti juga lho sambil mengoreksi kalimat saya....hahahaha....belajar bahasa Perancis di restoran Asia.

Kembali ke hotel, karena jam 9 malam akan ada acara kembali di La Grotte. Umat Khatolik akan menghadiri acara penyalaan lilin. Biasanya mereka akan membawa lilin-lilin kesana, dinyalakan, dan diletakkan pada tempat-tempat yang tersedia. Satu lilin mewakili satu orang entah teman, saudara atau siapapun yang hendak mereka doakan dan minta kepada Tuhan. Lilin bisa dibeli di toko-toko suvenir atau di area La Grotte tersebut. Tidak ada orang yang menjaga dagangan lilin tersebut. Masing-masing dapat mengambil lilin tersebut dengan harga yang tertera, kemudian menaruh uang tersebut pada kotak yang tersedia. Diperlukan kejujuran dalam hal ini. Tapi logikanya, lilin itu kan untuk doa kepada Tuhan, masak iya masih ada yang mau 'nyolong' lilin juga. Doanya bisa-bisa nggak nyampe, malah dosa karena 'nyolong' hehehehe.

Kali ini saya pun tidak mengikuti prosesi acara lilin ini. Saya ikut datang ke sini dikarenakan keingintahuan saya mengenai acara ini, ingin mendokumentasikan dalam gambar, dan juga mau mengambil air suci Lourdes-pesanan teman-teman di Indonesia. Jadilah saya berpisah dari teman-teman saya yang masuk ke dalam barisan untuk mengikuti prosesi lilin dan arak-arakan patung Bunda Maria. Kebetulan Donny tidak mengikuti prosesi tersebut, dia hanya hendak menyalakan lilin dengan titipan doa dari teman dan saudaranya. Jadi saya sekalian bisa mengambil foto-foto lilin dan arak-arakan.

Selasa, 24 Agustus 2010

When in Paris

DAY 1 & 2


Siang hari sekitar jam 2 siang tanggal 25 May 2010, rombonganku tiba di bandara Charles de Gaulle Paris. Kami terbang bersama pesawat Emirates EK 359 dari Jakarta Indonesia pada jam 00.40 tgl 25 May 2010 (jam 07.40 malam waktu bagian Perancis, tgl 24 May 2010). Transit di Dubai jam 05.30 pagi waktu Dubai (Dubai - Jkt selisih 3 jam) kurang lebih selama 3 jam kemudian kami melanjutkan perjalanan ke Paris dengan memakai pesawat Emirates EK 073.



Saya hampir saja kehilangan koper ketika sedang di Bandara Charles de Gaulle. Salah seorang peserta tour dari negara lain, entah Jepang atau China dengan tidak sengaja mengambil koper saya ketika saya sedang menunggu bagasi. Untungnya Donny tour leader kami dan seorang teman seperjalanan mengenali pita-pita pengenal yang tergantung pada koper saya. Kalau tidak......lumayan juga kalau saya harus membeli baju dan koper baru:)

Setelah urusan imigrasi dan bagasi beres, kami segera naik bus pariwisata yang akan mengantar kami berkeliling kota Paris. Jam 3 sore kami sudah keluar dari bandara dan menuju Benlux Duty Free. Dalam kondisi ngantuk karena kurang tidur di pesawat ternyata nggak mengurangi semangat belanja....perempuan, begitulah. Di Duty free ada berbagai suvenir seperti gantungan kunci, magnet kulkas, t-shirt, sampai ke berbagai parfum, tas dan dompet, jam tangan dan aneka aksesoris.

Dengan berbekal paspor, lumayan saya bisa dapat diskon sampai 20%, belum lagi nanti kalau ada tax refund. Jadi urusan titipan teman dan saudara dari Indonesia bisa separuhnya didapat; berbagai parfum, suvenir, dan tas. Nggak puas belanja di Benlux, di sebelahnya ada beberapa toko suvenir dan cafe. Setelah saya rasa cukup di Benlux, saya mampir ke toko sebelahnya. Dan, oh mon Dieu, saya berbelanja lagi beberapa item...hahahaha. Shopacholic berlaku kemanapun saya pergi:). Saya juga mampir ke cafe sebelah untuk membeli minuman kaleng Coca Cola made in France, oleh-oleh untuk suami yang suka mengoleksi kaleng Coca Cola dari berbagai negara.


Setelah saya rasa cukup berbelanja, baru terasa kalau saya sangat mengantuk dan masih butuh istirahat. Jadi....selanjutnya istirahat? enggak tuh, Donny sang tour leader menawarkan kami untuk 'traverser La Seine' atau mengarungi sungai Seine yang terkenal. Matahari masih tinggi,  saat itu kami sedang memasuki musim panas, pasti La Seine sangat indah diarungi pada saat musim panas. Tapi sebelumnya kami mampir  untuk bersantap malam di restoran Asia, kira-kira jam setengah 6 waktu bagian Perancis. Dengan tampang kucel dan mengantuk, saya tetap bersemangat kemanapun rombongan bergerak hehehe....

Foto di sebelah kanan ini adalah minimarket yang banyak dijumpai di Perancis. Kalau di Indonesia semacam Indomaret dan Alfamaret. Jika kita bepergian ke Perancis supaya menghemat biaya makan kita bisa membeli roti dan cereal sebagai sarapan pagi.

Selesai acara santap malam, kami segera menuju sungai Seine. Nggak sabar rasanya ingin cepat-cepat melihat sungai Seine yang terkenal itu, bahkan di salah satu lagunya ABBA - group penyanyi terkenal dari Swedia - menyelipkan kata-kata '...walk along The Seine, our last summer'. Hhhmmm, akhirnya lagu tersebut bisa saya nyanyikan nanti hehehe... Kami semua menuju Bateaux Mouches, Donny membelikan tiket untuk kami semua. Dan setelah kapal yang dimaksud merapat, maka kami siap mengarungi La Seine. Rintik-rintik hujan nggak mengurangi kegembiraan dan semangat kami.

Kurang lebih selama 1 jam kami berada di wilayah La Seine melewati beberapa jembatan yang melintasinya. Yang lucunya, tiap kali kami melintasi jembatan maka para penumpang kapal kami akan bersorak-sorai dan melambaikan tangan pada orang-orang yang berada di atas jembatan tersebut. Saya tidak mengerti maksudnya, tapi mungkin itu didorong rasa gembira yang luar biasa. Kapal kami juga bertemu dengan kapal-kapal sejenis, beberapa diantaranya adalah kapal restaurant. Saya sempat berpikir, jika tahun berikutnya saya ke Paris lagi maka saya harus mencoba dinner di La Seine. Sepanjang pinggiran La Seine banyak orang yang sekedar duduk-duduk menikmati sore (sebenarnya sudah jam 8 malam, tapi kan musim panas, wajar jika mereka masih menikmati malam di musim panas), ada yang sambil membaca buku, beberapa sedang berkencan. Ternyata, rasa norak ada juga pada kami para penumpang. Ketika kapal kami sedang melewati orang yg sedang berkencan maka sebagian dari kami melambai-lambai pada mereka sambil memanggil-manggil...hehehehe...


Tiap ruas jembatan selalu ada saja yang bisa kami nikmati, dari desain jembatan itu sendiri dan  gedung-gedung tua di kanan kiri sungai Seine. Daerah ini memang kawasan kota tua, para turis selalu diarahkan ke kota bagian ini. Dari sungai Seine ini kami bisa melihat Cathedrale de Notre Dame yang terkenal, tempatnya memang di sisi sungai. Besok pagi pun kami akan melintasi dari sisi yang satunya. Kami juga bisa melihat menara Eiffel, icon Perancis. Ketika antara jam setengah 9 sampai jam 9, lampu-lampu  menara Eiffel dinyalakan, sungguh cantik sekali. Sayang saya tidak sempat mengabadikan dalam bentuk foto. Tangan saya cukup repot dan sibuk dengan 'handycam'. Maksudnya lebih terasa nyata jika nyala lampu-lampu tersebut diabadikan dalam film ketimbang foto. Tapi terus terang, bepergian seorang diri (walaupun dengan tour n travel), sangat repot jika kita ingin berfoto sekaligus mengambil film.


 
Kira- kira jam 9 malam kami sudah menyelesaikan acara 'mengarungi sungai Seine'. Matahari masih tampak, tapi sudah agak mendung. Saat itu memang sempat terjadi hujan ketika kami sedang di atas kapal. Masih tak puas-puas saya memandang La Seine,  saya berpikir pada saat itu bahwa  saya pasti akan datang kembali ke La Seine,  'je reviendrai à La Seine' - Saya mau menyusuri pinggiran sungainya, saya mau mencoba kapal resto-nya.



 


 Dengan tubuh lelah namun puas kami kembali ke bus pariwisata  yang akan mengantarkan ke hotel. Hotel tempat kami menginap terletak agak ke pinggir kota, Hotel Mercure Fontenay Sous Bois yang terletak di l'avenue Des Olympiades 94120 Fontenay Sous Bois. Tel. +33 0 1 4974888, Fax. +33 0 49748890. Sebuah hotel bintang empat, cukup nyaman dan bagus. Rencananya setelah meletakkan koper di kamar, beberapa dari kami mau pergi ke Hard Rock Cafe. Khususnya saya sebagai seorang kolektor t-shirt HRC dari berbagai penjuru dunia, saya harus bisa mendapatkan sendiri dari cafe-nya langsung. Lebih puas ketimbang cuma nitip sama temen yang sedang bepergian. Rencana tinggal rencana, ada beberapa teman kami yang ac kamarnya tidak cukup dingin. Donny yg rencananya akan mengantarkan kami ke HRC harus sibuk mencarikan kamar pengganti. Masalahnya adalah, hotel tersebut lumayan jauh dari HRC. Berangkatnya sih bisa naik MRT yang tidak jauh dari hotel, tapi pulangnya kemungkinan harus naik taksi karena sudah tidak ada MRT lagi. Malas harus kluyuran tanpa guide (nggak punya peta) dan waktu yang sudah menjelang tengah malam, akhirnya saya memutuskan kembali ke kamar, lalu mandi, berbaring sambil bersyukur bahwa Tuhan sudah mengijinkan saya datang ke Perancis dan Italy. Kepergian saya ke Perancis sebenarnya cita-cita sejak lama. Sudah lama saya mengagumi negara ini, keindahan alamnya, arsitektur gedung-gedung tua, bahasanya, dan banyak lagi. Saya sendiri sudah ikut kursus bahasa Perancis sejak awal tahun 2008 di CCF jl. Wijaya Kebayoran Baru Jakarta. Selama itu pula saya belum punya waktu untuk bisa datang ke negara ini.

 Pada saatnya, Tuhan mengijinkan saya berangkat juga. Padahal beberapa hari sebelum berangkat saya sempat terkena flu. Sempat panik, karena kalau sampai suhu badan naik maka saya terancam bisa batal pergi. Saya minum obat, vitamin dan makan makanan bergizi. Puji Tuhan menjelang keberangkatan, kesehatan saya membaik walaupun saya masih membawa obat-obatan dan vitamin di tas tangan dan koper. Sampai di Paris pun kesehatan semakin baik walaupun lelah karena kurang tidur selama di pesawat. Maklumlah, naik pesawat Emirates tapi kelas ekonomi, jadi tidur pun tidak leluasa. Tapi itu semua tidak jadi masalah karena rasa 'exited' yang mengatasi semua kelelahan. Menjelang tidur saya melihat koper saya yang isi bajunya tidak seberapa (kan masuk musim panas, lagian nanti akan diisi dengan oleh-oleh hehehe). Saat itu isinya sebagian besar adalah air mineral, beberapa Pop Mie, satu bungkus sambal ABC, kopi sachet dan susu sachet. Botol-botol air mineral itu rencananya akan saya pakai untuk mengisi air suci di kota Lourdes nantinya. Lagipula lumayan agak sedikit menghemat, karena 1 botol air Evian 500 ml harganya €1,8 atau sekitar  20 ribu rupiah.


 

Sampai juga di penghujung hari pertama di Paris, hari kedua perjalanan saya. "Pasti besoknya akan lebih seru lagi", pikir saya. Tampaknya iya.........sangat seru.....

DAY 3

Morning Call jam 6an.....duuuuhhh rasanya masih ngantuk, tapi sekali lagi semangat yang menggebu-gebu bisa mengalahkan semua rasa cape dan ngantuk. Saya segera mandi, beres-beres koper dan tas, turun ke lantai bawah menuju ruangan resto Hotel Mercure. Di dalamnya sudah banyak teman-teman serombongan yang sarapan pagi. Rupanya menu sarapan lumayan cocok untuk saya dan beberapa teman. Tapi ada juga yang merasa tidak cocok sehingga mereka membuka bekal yang dibawa dari Indonesia yaitu Mie Instant....hehehe... Dibanding menu makanan hotel bintang empat di Indonesia, maka hotel sekelas Mercure Paris ini masih kalah di bawah resto hotel Indonesia dengan kelas yang sama. Hotel-hotel di Indonesia memang sangat memanjakan customer-nya.

Jam 8 pagi kami semua sudah berada di dalam bus pariwisata, kemudian bus akan membawa kami 'city tour' keliling tempat-tempat terkenal di Paris seperti Menara Eiffel - hanya photo shop, nggak sempat naik ke menaranya. Padahal ketika saya di Shenzhen malah saya menyempatkan diri untuk naik ke replika menara Eiffel tsb - ke makam Napoleon, melewati Museum Louvre, Arc de Triomp, Rue Champs Elysée, Pengadilan, hotel terbesar di Paris (namanya lupa), etc.


Perjalanan dari hotel menuju pusat kota Paris lumayan macet, rupanya nggak beda dengan Jakarta. Orang dari luar kota berbondong-bondong memasuki pusat kota pada pagi hari. Bedanya di sini semua serba teratur, nggak ada yang saling menyerobot jalanan, membunyikan klakson keras-keras, tetapi antri dengan tertib sesuai jalurnya. Sekitar jam 9 lebih baru kami sampai di tempat yang dekat dengan sungai Seine, di sini seorang guide lokal dari Paris turut serta dalam bus kami untuk bercerita tentang tempat-tempat yang akan kami lihat dan kunjungi.


Yang agak repot adalah ketika saya dan teman saya mencari toilet di tempat-tempat wisata ini. Pada suatu tempat, kalau nggak salah pada depan makamnya Napoleon Bonaparte, udara cerah tapi berangin sehingga memicu untuk mencari toilet. Rupanya tidak ada toilet umum... nah, kebetulan di daerah tersebut ada beberapa cafe sehingga kami bisa mampir untuk menumpang ke toilet. Menurut Donny kami bisa memakai toilet mereka asalkan kami membeli sesuatu dari cafe mereka. Bingung harus membeli apa maka saya membeli 'cookies' di dalam plastik yang diletakkan di dalam toples. Malu kalau hanya membeli satu buah saja maka saya pun membeli 2 buah cookies. Jadilah saya membayar harga cookies tersebut seharga 6 Euro. Wah, ini charge toilet termahal yang pernah saya bayar selama ini...... (1 Euro sekitar Rp. 11.500 saat itu).



Para pedagang souvenir ada di setiap tempat yang kami datangi. Umumnya mereka adalah orang-orang keturunan Africa yang mengadu nasib di Paris. Ketika kami turun dari bus, mereka sudah menyambut kami sambil membawa barang-barang dagangannya seperti gantungan kunci, miniatur Menara Eiffel, Scarf, dll sambil meneriakkan kata-kata "selendang, selendang, 4 10, 4 10". Maksudnya adalah mereka menjual scarf tersebut  dengan sepuluh Euro bisa dapat empat buah scarf...hehehehe...bagus juga inisiatif mereka untuk belajar bahasa Indonesia. Kami saling memandang satu sama lain, tanpa aba-aba kami pun langsung sibuk membeli souvenir-souvenir tersebut. Mungkin sudah menjadi ciri khas kalau pada umumnya turis Indonesia selalu rajin membeli souvenir.......



Pengalaman unik lainnya ketika kami mengunjungi Menara Eiffel atau dalam bahasa Perancisnya Tour Eiffel, mendapati para penjaja souvenir yang juga bisa berbahasa Indonesia. Ada satu orang 'black' yang selalu mengikuti kami kemanapun kami melangkah di area tersebut. Tak bosan-bosannya orang tersebut menawarkan dagangannya dengan sopan. Sampai pada satu titik, kami beberapa kali meminta tolong dia untuk mengambil foto kami (satu rombongan) dengan latar belakang Menara Eiffel. Setelah berfoto maka kami beramai-ramai membeli barang dagangannya sebagai tanda terima kasih. Orang tersebut sempat pergi sebentar untuk menukarkan uang kembalian dan menitipkan dagangannya pada kami.  Baru sesaat dia pergi tiba-tiba muncul polisi kawasan dengan bersepeda, mereka mengejar para pedagang asongan tersebut yang mungkin tidak punya ijin usaha, dan mungkin juga seharusnya mereka tidak berjualan di kawasan tersebut. Karena kawasan untuk berjualan sudah ada tempatnya yaitu persis di bawah Menara Eiffel. Khawatir kalau barang-barang pedagang kami diambil polisi maka kami sibuk mengamankan souvenir tersebut. Rupanya jika para pedagang tersebut melarikan diri maka polisi kawasan akan mengejar, menangkap dan memborgol mereka. Pedagang kami tidak begitu, dia mau bekerja sama jadi dia tidak ditangkap, tapi barang dagangan yang sudah kami 'amankan' diambil kembali dan diserahkan kepada polisi. Dengan demikian dia tidak harus diborgol, pemikiran kami adalah mungkin barangnya disita dan mungkin dia akan kena denda saja.


Kami berkeliling-keliling kota Paris lama, melihat gedung-gedung tuanya yang indah dan antik. Semuanya terawat rapi dan bersih. Seandainya saja saya memiliki banyak waktu, rasanya mau 'hunting' dan sibuk merekam semua gambar tersebut. Rasanya ingin berjalan kaki menyusuri jalanan di kota Paris, mencoba duduk di beberapa cafe-nya, melihat kesibukan kota tersebut dan mengabadikannya dengan kamera saya untuk setiap detail kota tersebut. J'espére.....si J'irai en France l'année prochaine....


Jam makan siang tiba, kami  makan siang di rumah makan Chinesse di Rue de Mont Thabor. Setelah itu kami akan segera menuju stasiun Montparnasse, naik TGV ( Train Grand Vitesse) yang akan membawa kami ke kota berikutnya yaitu Lourdes. Kami akan berada di dalamnya untuk sekitar 5 1/2 jam. Kami harus tiba segera di stasiun, lebih baik menunggu daripada terlambat. Karena jika terlambat, kereta berikutnya baru akan berangkat keesokan paginya.


Kami sampai di Stasiun Montparnasse Paris, kondisinya sama seperti stasiun pada umumnya hanya lebih bersih, teratur dan sepertinya aman. Kami tiba sekitar hampir jam 1-an siang. Kereta kami baru akan berangkat jam 14. 35 dan akan tiba di Lourdes pada jam 20.14 malam. Kami diantar oleh bus pariwisata yang mengantar kami keliling Paris. Bus memasuki parkiran besar, kemudian kami semua turun sambil membawa koper kami masing-masing. Saya membawa satu buah koper besar, satu travel bag dan satu tas tangan (tas wanita). Di sini tidak ada 'porter', jadi semua membawa barangnya masing-masing. Huah, cukup repot juga saya dibuatnya. Kalau bukan karena ke Perancis, saya nggak bakalan mau bawa koper jumbo kayak gini. Masalahnya adalah saya nyadar kalau saya akan belanja banyak di tiap tempat yang saya datangi. Saya sudah kebayang akan membeli suvenir di tiap kota, t-shirt HRC di Venice, makanan minuman termasuk anggur, mungkin beberapa baju dan tas.


Dengan terseret-seret saya membawa koper-koper saya memasuki gang dengan ban berjalan layaknya terdapat di airport. Lumayan, saya nggak perlu capek-capek nyeret dan ngangkat koper. Kemudian kami mencari tempat yang agak nyaman untuk tempat kami berkumpul, apalagi kami adalah rombongan besar dengan 30 peserta plus seorang tour leader dan begitu banyak koper. Akhirnya kami berkumpul di depan suatu kantor biro perjalanan, tempatnya masih agak jauh dari tempat jalur kereta kami. Tapi khan nanti bisa pindah kalau keretanya sudah mau tiba.


Berbagai resto, cafe, toko buku dan konter-konter coklat atau kembang gula banyak terdapat di stasiun. Bahkan disebelah stasiun ada Galerie Lafayette. Beberapa teman menyempatkan diri untuk berbelanja di sana. Galerie tersebut memang tidak sebesar yang berada di Boulevard Haussman, tetapi lumayanlah bagi mereka yang senang belanja. Galerie Lafayette adalah department store  yang terbesar di Paris, sejarah berdirinya dimulai tahun 1893, oleh dua saudara Théophile Bader dan Alphonse Kahn, yang membuka toko kecil di pojokan Lafayette dan Chausée d’Antin. Setelah itu, mereka membeli toko-toko disekitarnya, dan direnovasi hingga sebesar saat ini.



Saya dan beberapa teman mencari toilet umum yang ternyata letaknya di ujung stasiun. Uniknya, pada pintu masuk wilayah toilet ada palang besi untuk masuk dan keluar pengunjung. Petunjuk dalam toilet semua dalam bahasa Perancis. Bagi turis dan beberapa teman yg tidak bisa berbahasa Perancis, mereka menemui kesulitan untuk melewati palang besi tersebut karena memang ada sesuatu yang harus dipencet dan dibuka. Heureusement, J'ai de la chance, saya bisa mengerti bahasa Perancis walaupun nggak jago banget hehehehe..... Setelah itu saya mengunjungi toko buku, niatnya mau membeli beberapa alat tulis yang lucu-lucu dan ada inisial 'Paris'. Tapi ternyata tidak ada yang spesial. Jadilah saya hanya membeli beberapa novel Perancis, majalah Donal Bebek edisi Perancis, dan beberapa botol Evian untuk di perjalanan.

Setelah itu saya melihat-lihat toko di sekitarnya, kemudian tertarik pada suatu konter coklat. Saya membeli beberapa ratus gram coklat bulat kecil yang harganya lumayan mahal. Entah karena dijual di stasiun atau memang coklat itu mahal di Paris, saya tidak tau, jadi saya tetap membelinya karena saya ingat janji saya pada my Tesalonika -anak semata wayang- untuk membelikannya coklat. Terakhir saya baru tau kalau di department store harga coklat jauh lebih murah. Sambil tersenyum puas saya kembali ke lokasi rombongan. Sampai di tempat saya baru menyadari kalau tas kecil slempang tempat saya menyimpan passport dari sejak saya meninggalkan toilet tidak saya tutup resletingnya kanannya. Padahal di dalamnya ada kartu kredit, kartu ATM, uang Euro dan uang Dollar. Huahhh...Tuhan masih sayang sama saya, dari tadi saya keluyuran tapi tidak ada satupun yang terjatuh. Kebayang kan kalau harus mengurus kartu kredit dan ATM yang hilang dari kejauhan, belum lagi uang-uang untuk belanja......fyuh ini pasti akibat kurang tidur sejak dari Jakarta. Biasanya saya termasuk teliti dan detail, apalagi kalau urusan perjalanan jauh.

Bosan menunggu di tempat yang sama, rombongan kami berencana pindah ke lokasi tunggu yang lebih dekat dengan jalur kereta kami. Di Perancis jalur kereta disebutnya 'voie'. Kata Donny, kereta kami akan datang di voie 3. Maka saya pun cepat bergerak diikuti beberapa teman di belakang saya. Ketika saya sampai di tempat tunggu dekat voie 3, kok teman-teman saya tidak tampak satupun. Ya sudah, saya pikir mungkin mereka masih menunggu satu sama lain jadi jalannya lama.

Setelah beberapa lama, rasanya ada yang aneh karena saya tetap belum melihat satupun teman dari rombongan saya. Tapi untuk mencari mereka saya juga malas karena koper-koper saya yang merepotkan. Jika saya tinggal, tidak ada teman yang akan menjaganya. Jadilah saya tetap diam di tempat sambil celingak celinguk. Itupun saya punya masalah dengan penglihatan, mata saya menggunakan contact lens. Pada saat itu udaranya agak dingin dan menyapu contact lens saya, akibatnya pandangan saya jadi kabur untuk jarak jauh. Saya sudah mulai gelisah dan cemas. Saya mulai menelpon-nelpon Donny tetapi tidak tersambung. Saya mengirimnya sms tapi tidak ada jawaban (terakhir sms-nya masuk ke saya 1 jam kemudian dikarenakan delay pada network). Saya sudah semakin gelisah dan takut, membayangkan kalau saya sampai ketinggalan kereta berarti saya harus mencari hotel untuk bermalam karena kereta ke Lourdes baru akan ada keesokan harinya. Dan membawa sekian banyak koper pasti akan sangat merepotkan.



Di sebelah saya berdiri seorang 'madame' yang mungkin bisa membantu saya, karena terus terang saya sudah panik dan 'blank'. Ketika melihat tiket dan arloji saya, maka seharusnya kereta akan berangkat dalam 6-7 menit lagi. Tapi memang pembawaan saya agak tenang, jadi seperti tidak terjadi apa-apa, padahal dalam hati dan pikiran sudah cemas, galau, takut, campur aduk nggak karuan. Lalu saya tanya madame itu dalam bahasa Inggris, karena sudah nggak kepikiran mau ngomong dalam bahasa Perancis bahkan untuk yang simple sekalipun, "madame, do you speak English?". Dan saya langsung lega begitu mendengar jawabannya "off course". Saya langsung menunjukkan tiket kereta saya dan dia pun melihat ke arah papan destinasi yang tergantung di atas langit-langit stasiun, hal yang nggak mungkin bisa saya lakukan....benar-benar saya nggak bisa melihat. Lalu dia menunjuk voie 6 di mana TGV saya menuju Lourdes akan segera berangkat.

Secepat kilat saya berlari sambil menyeret koper-koper saya. Di jalur 6 saya tidak langsung masuk kereta tetapi saya bertanya kembali pada petugas stasiun sambil menunjukkan tiket. Setelah dia membenarkan bahwa itu adalah kereta menuju Lourdes, saya baru berani mendekati gerbong terdekat karena jangan sampai saya salah naik kereta. Kebayang kan repotnya kalau saya 'terbawa' ke kota lain. Sampai di dekat gerbong saya melihat seorang pria duduk dekat pintu. Dengan berbahasa Inggris saya kembali meminta tolong untuk menaikkan koper saya yang besar ke dalam gerbong. Mungkin karena saya panik jadi saya lemas, otomatis jadi kesulitan mengangkat koper-koper tersebut. Padahal sebelumnya saya seperti kesetanan berlari sambil menyeret koper kok bisa..hehehehe....



Sambil masih menyeret-nyeret koper saya naik gerbong terdekat dan bertanya-tanya kembali kepada beberapa penumpang di mana tempat gerbong saya. Menurut Donny sebelumnya, gerbong saya dan beberapa teman terletak agak ke belakang  yaitu gerbong 18. Tapi gerbong locomotifnya  searah dengan gerbong saya. Jadi nanti kalau berangkat maka gerbong saya menjadi paling depan. Beberapa orang yang saya tanyai tidak mengerti bahasa Inggris, tapi lagi-lagi ada seorang madame yang mengerti bahasa Inggris dan segera menunjukkan bahwa saya tinggal melewati tiga gerbong lagi. Saya sempat bertemu dengan teman yang berada di gerbong berbeda, paling tidak hati saya sudah tenang melihat mereka berada satu kereta dengan saya. Kemudian setelah dua gerbong menjelang gerbong saya, muncullah Donny dengan wajah paniknya. Bisa dimengerti sih betapa panik dia mencari saya yang 'hilang'. Sambil agak kesal saya menegur dia, dan dia segera meminta maaf atas kejadian ini. Rupanya ketika tadi teman-teman di belakang saya itu menghilang, dikarenakan ada perubahan jalur bahwa TGV kami akan masuk di jalur 6. Teman-teman di belakang saya tidak memberitahukan pada saya, dan Donny sendiri menyangka saya sudah diinformasikan oleh teman-teman saya tersebut. Jadilah miskomunikasi seperti ini. Donny sendiri berusaha menelpon-nelpon saya tapi juga tidak bisa tersambung. Lalu Donny mengambil alih koper saya dan meletakkan di tempat khusus koper yang lokasinya ada di ujung gerbong masing-masing.


Wah.....akhirnya bisa bernafas lega sekaligus lemas setelah peristiwa tersebut. Saya sudah duduk dengan tenang di bangku yang berwarna ungu. Pintu pembatasnya berupa pintu kaca dan dapat membuka dan menutup secara otomatis. Setelah kejadian tersebut, saya sempat curhat di Blackberry Group CCF  (ya saya membawa blackberry saya supaya tetapi bisa eksis di FB dan profile BBM ..hehehe..). Fany menanyakan "kenapa kok bisa ketinggalan", Monsieur Dede malah komentarnya lebih 'sadis', katanya "bagus juga kalau  tertinggal jadi  bisa praktis bahasa Perancis lebih baik lagi"....hhmm sebenarnya bukan masalah besar kalau nggak bawa koper besar ini......terus sendirian di kota Paris, malas juga karena sebelumnya kan nggak bersiap untuk berpetualang sendirian. Ya sudah, akhirnya saya bisa duduk dalam kereta yang akan membawa saya dalam 5 1/2 jam.

Di sebelah saya duduk seorang teman dari rombongan yang saya panggil dengan 'tante Enny', akhirnya menjadi teman ngobrol saya. Lalu kami mencoba mendatangi gerbong resto untuk membeli makan dan minum. Saya sengaja tidak membeli bekal di stasiun karena saya memang berniat merasakan makanan di kereta yang katanya harganya jauh lebih mahal. Tapi saya kan sedang jalan-jalan, jadi patut mencoba berbagai hal, termasuk pengalaman hampir 'hilang' hehehehehe...... Saya memesan satu mangkuk kecil pasta seharga 9 Euro. Tante Enny hanya membeli minuman coklat susu karena dia sudah membeli roti di stasiun Montparnasse. Untuk satu mangkuk pasta seharga 9 Euro sebenarnya cukup mahal, karena kalau di luaran sana maka dengan harga yang sama bisa didapat satu piring besar pasta. Tapi ya sudahlah....namanya juga ingin tahu......

Restoran tidak buka sampai malam, karena sekitar jam setengah 6 mereka sudah mulai menutup layanan. Di gerbong resto itu sendiri tidak ada tempat duduk, jadi kami semua hanya berdiri di depan meja layanan, atau di pinggir-pinggir jendela sambil melihat pemandangan. Karena kami tidak bisa memesan apa-apa lagi dan juga tidak bisa duduk maka kami memutuskan untuk kembali ke gerbong kami. Masih ada sekitar 2 1/2 jam lagi untuk kami tiba di Lourdes. Malas membaca buku, tidak bisa tidur, ogah mendengarkan MP3 player, akhirnya saya memandang keluar jendela, menikmati pemandangan ladang-ladang, perumahan penduduk, jalanan, sungai, pepohonan sampai stasiun-stasiun yang kami lewati. Saya berusaha untuk mengambil foto-foto, tapi kecepatan kereta tidak mampu ditangkap dengan kamera. Saya hanya sempat mengambil foto stasiun kereta 'Bordeaux St Jean' karena kereta sempat mengurangi kecepatan, tapi itupun hasilnya agak kabur.


Akhirnya sekitar jam 20.14 kereta tiba di Lourdes. Voila, inilah stasiun Lourdes, horeeee akhirnya kami sampai juga di kota kecil yang indah, kota ziarah umat Khatolik. Apapun itu saya selalu tertarik dengan tempat-tempat yang indah. Petualangan di kota selanjutnya akan dimulai hari ini......